laporan Praktikum Uji Protein
LAPORAN PRAKTIKUM
UJI PROTEIN
MATA KULIAH BIOKIMIA TANAMAN
Dosen Pengampu
Inti Mulyono Arti, STP. MSc.
Adinda Nurul Huda M, SP. MSi.
Disusun Oleh :
Eva Proditus Sianturi (48416507)
Primastya Yoesanangga (48416511)
Salifa Quratul Aini Sabrina (48416514)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Uji Protein”. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Tanaman. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami selama penyusunan laporan sehingga laporan ini bisa selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Tim Penulis
Jakarta,Oktober 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Protein sebagai zat pembangun karena menjadi bahan pembentukan jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh, terutama pada masa pertumbuhan, protein juga menggantikan jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak serta mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein sebagai bahan bakar karena protein mengandung karbon yang digunakan tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar ketika keperluan tubuh akan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Sehingga protein tidak dapat digunakan untuk proses pembentukan jaringan. Protein sebagai zat pengatur karena protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah. Selain itu protein juga dapat membentuk enzim dan hormon yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kelancaran metabolisme. (Sari, 2011)
Penentuan protein selalu mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi. Hampir diseluruh sistem kehidupan mengandung protein yang berbeda dalam hal susunan asam amino, urutan asam amino, maupun faktor yang mempengaruhi struktur molekul protein. Dalam hal ini untuk menentukan adakah protein yang terkandung dalam bahan makanan yang di uji. Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang berperan penting dalam makhluk hidup. Memiliki fungsi utama pada proses pembentukan struktur sel. Selain itu sebagai biokatalisator untuk reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme makhluk hidup (Sari, 2011)
Protein berasal dari berbagai sumber-sumber makanan, yaitu baik dalam produk hewan maupun dalam produk tumbuhan dalam jumlah yang berarti. Protein mengandung karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung fosfor, sulfur, iodium dan zat besi (Nurachmah, 2001).
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Untuk Mengetahui kandungan protein yang terdapat pada bahan makanan yang di uji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Protein
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, sulfur, iodium, dan kobalt (Almatsier S, 2009). Ikatan peptida, dari 20 macam asam amino yang saling berikatan, dengan urutan yang beraneka ragam untuk membentuk protein. Proses pembentukan protein dari asam-asam amino ini dinamakan sintesis protein. Ikatan antara asam amino yang satu dengan lainnya disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini dapat disebut juga sebagai ikatan amida (Sari,2011). Hal-hal yang dapat menyebabkan denaturasi protein meliputi asam, basa, garam, temperature, deterjen, radiasi, dan lain sebagainya (Sari, 2011).
2.2. Putih Telur
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Teknik pengolahan telur telah banyak dilakukan untuk meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen (Irmansyah dan Kusnadi, 2009). Telur mempunyai cangkang, putih telur (albumin) dan kuning telur (Jacqueline, et al., 2000)
Bagian putih telur terdiri dari 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white), lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick white/ chalaziferous). Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian ini banyak mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula yang paling mudah rusak. Putih telur terdiri atas 12% protein dan 88% air. Kerusakan terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telur (Kurtini dkk., 2011).
2.3. Kuning Telur
Kuning telur mempunyai warna yang bervariasi, mulai dari kuning pucat sampai jingga. Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein, dan zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur (Sudaryani, 2003).
2.4. Alpukat
Buah alpukat mengandung beberapa zat gizi antara lain kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan air. Dalam 100 gram buah alpukat mengandung kalori sebanyak 85,0 kalori, protein 0,9 gram, lemak 6,5 gram, karbohidrat 7,7 miligram. Kandungan gizi tertinggi yang terdapat pada 100 gram buah alpukat adalah lemak sebesar 6,5 gram. Namun jenis lemak yang terdapat pada buah alpukat termasuk jenis lemak nabati yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2009).
2.5. Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika) (Prihatman, 2000). Kacang tanah memiliki kandungan protein 25-30%, lemak 40-50%, karbohidrat 12% serta vitamin B1. Kacang tanah mengandung anti oksidan, yaitu senyawa tokoferol, selain itu mengandung arakhidonat, dan mineral (Kalsium, Magnesium, Phosphor, dan Sulfur), serta vitamin (riboflavin, thianin, asam nikotinik, vitamin E, dan vitamin A). Hal ini menempatkan Kacang tanah sebagai tanaman legum ke-2 di Indonesia setelah kedelai (Cibro, 2008).
2.6. Pisang
Pisang merupakan salah satu buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20 % dari total produksi dunia, 50 % produksi pisang Asia berasal dari Indonesia. Kandungan protein kasar bagian tanaman pisang tergolong rendah yaitu 4.5-6% dengan lemak kasar 0.87-2.1% (Satuhu dan Supriyadi, 2008).
2.7. Bawang Merah
Kandungan gizi bawang merah (nilai gizi per 100 g) menurut National Nutrient Database (2015) mengandung energi 166 kJ (40 kcal), karbohidrat 9,34 g, gula 4,24 g, diet serat 1,7 g, lemak total 0,1 g, asam lemak jenuh 0,042 g, asam lemak tak jenuh tunggal 0,013 g, asam lemak tak jenuh ganda 0.017 g, protein 1,1 g, air 89,11 g.
2.8. Ubi
Ubi jalar (Ipomoea batatas Linn.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber karbohidrat, mengandung kalsium hingga 30 mg per 100 gram, vitamin B-1 0,1 mg, vitamin B-2 0,1 mg dan niacin 0,61 mg, serta vitamin C 2,4 mg, karbohidrat sebesar 20,1 g, protein 1,6 g, dan lemak 0,1 g (Handawi, 2010).
2.9. Tempe
Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedalai. Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama 2 × 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati dan selanjutnya tempe cepat busuk (Sarwono, 2005). Kadar protein pada tempe cukup tinggi yaitu 41,4% dan telah memenuhi syarat mutu tempe kedelai yaitu minimal 20% (b/b). Tempe juga memiliki kandungan air yang cukup tinggi yaitu 61,2% dan kandungan karbohidratnya sebesar 29,6% (Cahyadi, 2006).
2.10. Tahu
Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat melalui proses pengolahan kedelai (Glycine sp.) Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai lauk. Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang diferementasikan dan diambil sarinya (Rahmawati, 2013). Tahu mengandung air 86%, protein 8-12%, lemak 4-6%, dan karbohidrat 1-6%. Tahu juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, natrium, serta vitamin seperti kolin, vitamin B dan vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol (Santoso, 2005).
2.11. Kentang
Menurut Romdhijati (2010) kandungan gizi umbi kentang dalam 100 gram adalah sebagai berikut protein 2 g, kalori 83 kal, lemak 0.1 g, karbohidrat 19.1 g, kalsium 11 mg dan mineral lainnya.
2.12 Denaturasi Protein
2.12 Denaturasi Protein
Denaturasi dapat
diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan
kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses terpecahnya
ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan
molekul (Stoker, 2010). Ketika
suatu protein terdenaturasi oleh panas/ bahan kimiawi, protein akan kembali ke
bentuk fungsionalnya bila agen pendenaturasi ini dihilangkan. Pada
protein, penambahan logam menyebabkan
Ikatan yang terbentuk amat kuat
dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara bersama gugus ±COOH dan gugus ±NH2 yang terdapat
dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan
membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk
endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag+,
Ca++, Zn++, Hg++, Fe++,
Cu++, Co++, Mn++ dan Pb++.
Selain gugus ±COOH dan gugus ±NH2, gugus ±R
pada molekul asam amino tertentu dapat pula mengadakan
reaksi dengan ion atau senyawa lain (Ophart,
2003)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan TempatKegiatan Praktikum Uji Protein Mata Kuliah Biokimia Tanaman dilaksanakan di Kampus F6 Universitas Gunadarma pada hari Senin, 30 Oktober 2017 Pukul 09.00-11.00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Lilin
2. Korek api
3. Tissue
4. Alat Tulis
5. Kamera
6. Pisau Cutter
7. Sendok Garpu
b. Bahan
1. Putih telur
2. Kuning telur
3. Alpukat
4. Kacang tanah
5. Pisang
6. Bawang merah
7. Ubi
8. Tempe
9. Tahu
10. Kentang
3.3. Cara Kerja
1. Siapkan lilin dan korek api dan nyalakan lilin.
2. Siapkan bahan berupa putih telur, kuning telur, alpukat, kacang tanah, pisang, bawang merah, ubi, tempe, tahu, dan kentang.
3. Jepitlah menggunakan garpu satu per satu bahan yang akan diuji, kemudian bakarlah di atas nyala lilin.
4. Ciumlah aroma dari bahan – bahan yang telah dibakar tersebut dengan indikator sangat tengik, tengik, dan sedikit tengik.
5. Tulislah hasil praktik ke dalam tabel pengamatan uji protein.
6. Ambillah foto dari uji protein tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil PengamatanTabel 1. Aroma dari masing-masing bahan uji pembakaran.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan uji pembakaran pada bahan seperti putih telur, kuning telur, alpukat, kacang tanah, pisang, bawang merah, ubi manis jepang, tempe, tahu dan kentang, maka didapatkan hasil pada tabel 1. Setelah pembakaran, protein dalam bahan-bahan tersebut mengalami denaturasi menyebabkan perubahan aroma. Menurut Sari (2011) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan denaturasi protein meliputi asam, basa, garam, temperature, deterjen, radiasi, dan lain sebagainya.
Aroma sangat tengik setelah dilakukan pembakaran terjadi pada bawang merah, tempe dan tahu. Hal ini karena tahu dan tempe mengandung protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Cahyadi (2006) tempe memiliki kandungan protein sebesar 41.4%, tahu memiliki kandungan protein sebesar 8-12% (Santoso, 2005), namun bawang merah memiliki kandungan protein yang sedikit yaitu sebesar 1,1 g (National Nutrient Database, 2015)
Pada putih telur dan daging buah alpukat setelah dibakar aromanya berubah menjadi tengik. Menurut Kurtini, dkk (2011) kandungan protein putih telur adalah 12% sedangkan pada buah alpukat mengandung protein 0,9 gram (Almatsier, 2009)
Kuning telur, kacang tanah dan kentang setelah dibakar beraroma agak tengik, karena kandungan proteinnya sedang sehingga perubahan aroma sedikit tengik. Kandungan protein pada kuning telur adalah 6,3 gram (Sudaryani, 2003). Sedangkan protein pada kentang adalah 2 g (Romdhijati, 2010)
Pisang dan ubi setelah dibakar beraroma tidak tengik karena kandungan proteinnya yang sedikit sehingga tidak terjadi perubahan aroma dari yang aroma aslinya. Hal ini sesuai dengan literature menurut Satuhu dan Supriyadi (2008) Kandungan protein kasar bagian tanaman pisang tergolong rendah yaitu 4.5-6% . sedangkan pada ubi kandungan proteinnya adalah 1,6 g (Handawi, 2010).
Semua bahan yang mengahasilkan bau setelah pembakaran disebabkan karena adanya denaturasi protein. Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan molekul. Pemekaran atau pengembangan lipatan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida, selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. Bila unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi.
Menurut Stoker (2010) bahwa denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Sebagian besar protein globuer mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul akan mengembang. Ada dua macam denaturasi, pengembangan polipeptida dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini tergantung pada keadaan molekul. Yang pertama terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi ini adalah : (a) ikatan hidrogen, (b) ikatan hidrofobik misalnya pada leusin, valin, fenilalanin, triptofan yang saling berdekatan membentuk suatu micelle dan tidak larut dalam air, (c) ikatan ionik antara gugus bermuatan (+) dan (-), (d) ikatan intramolukuler seperti yang tedapat pada gugus disulfida dalam sistin (Frederick et .,al 2010).
Semua bahan yang mengahasilkan bau setelah pembakaran disebabkan karena adanya denaturasi protein. Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan molekul. Pemekaran atau pengembangan lipatan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida, selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. Bila unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi.
Menurut Stoker (2010) bahwa denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Sebagian besar protein globuer mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul akan mengembang. Ada dua macam denaturasi, pengembangan polipeptida dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini tergantung pada keadaan molekul. Yang pertama terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi ini adalah : (a) ikatan hidrogen, (b) ikatan hidrofobik misalnya pada leusin, valin, fenilalanin, triptofan yang saling berdekatan membentuk suatu micelle dan tidak larut dalam air, (c) ikatan ionik antara gugus bermuatan (+) dan (-), (d) ikatan intramolukuler seperti yang tedapat pada gugus disulfida dalam sistin (Frederick et .,al 2010).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil pengamatan dan dari bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada bawang merah, tempe dan tahu setelah dilakukan uji protein dengan cara dibakar terjadi perubahan aroma menjadi aroma sangat tengik. Pada putih telur dan daging buah alpukat setelah dibakar aromanya berubah menjadi tengik. Sedangkan kuning telur, kacang tanah dan kentang setelah dibakar beraroma sedikit tengik serta pada pisang dan ubi setelah dibakar beraroma tidak tengik. Setelah pembakaran, protein dalam bahan-bahan tersebut mengalami denaturasi menyebabkan perubahan aroma. hal-hal yang dapat menyebabkan denaturasi protein meliputi asam, basa, garam, temperature, deterjen, radiasi, dan lain sebagainya. Perbedaan aroma yang terjadi setelah bahan-bahan tersebut dibakar karena perbedaan komposisi protein yang terkandung didalamnya.
5.2. Saran
Pengamatan praktikum uji protein dengan metode pembakaran ini sebaiknya dilakukan berulang kali dengan anggota kelompok untuk mendapatkan keakuratan data yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bandung: Bumi Aksara.
Cibro, M.A. 2008. Respon Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Frederick A B, William H, Brown, 2010. Introduction to general, organic, and biochemistry. Kanada : Nelson Education Ltd.
Frederick A B, William H, Brown, 2010. Introduction to general, organic, and biochemistry. Kanada : Nelson Education Ltd.
Handawi, P.S. 2010. Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan Konsumsi Ubi Jalar untuk Meningkatkan 30% Partisipasi Konsumsi Mendukung Proses Keanekaragaman Pangan dan Gizi. Seminar Nasional. http//www anneahira.com/Artikel Umum/Agribisnis.htm. Kantor Deputi Menegristek. Ubi Jalar/Ketela rambat (Ipomoea batatas L).
Irmansyah, J dan Kusnadi. 2009. Sifat listrik telur ayamkampung selama penyimpanan.Media peternakan 32(1) : 22-30
Jacqueline, P.Y., R, Miles and M. F. Ben. 2000. Kualitas telur. Florida: lembaga ilmu pangan dan pertanian Gainesville
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Nurachmah. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto.
Ophart, C.E. 2003. Virtual
Chembook. Elmhurst College.
Prihatman, K. 2000. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Rahmawati, Fitri.2013. “Teknologi proses pengolahan tahu dan pemanfaatan limbahnya”Jurnal(Online).(staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/fitrirahmawati- mp/teknologi-proses-pengolahan-tahu-dan-pemanfaatan-limbahnya.pdf, diunduh 28 maret 2016).
Romdhijati, Laily. 2010. Olahan Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
Santoso, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatf dan Kualitatif, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sari, Mayang. 2011. “Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared”.Skripsi,(online), (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306347s42221identifikasi%20protein.pdf , diunduh 28 maret 2016).
Sarwono. 2005. Membuat tempe dan oncom. Jakarta:Penebar.
Satuhu, S., dan A. Supriyadi, 2008. “Pisang” Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
The National Agricultural Library. 2015. National Nutrient Database for Standard Reference. Diunduh 2 November 2017 http://ndb.nal.usda.gov.
Stoker, H. Stephen.
2010. General, Organic, And Biological Chemistry Fifth
Edition. Cengage Learning : Belmont, CA USA
Lampiran
Foto Hasil Pengamatan Praktikum
Komentar
Posting Komentar